Menyambung tulisan ttg
judi di bulan puasa kemarin, gw jadi penasaran, apakah emang semua layanan non voice di dunia per mobile an itu kagak bener ? coba lihat, layanan astrologi, ramalan, cinta cinta an, dan lucu lucu an yang para memakai short code itu (no need to mention short code nya apa lah, gak etis).
bisa di hitung lah, layanan seperti itu yang tidak memakai iming-iming 'hadiah'. Bahkan, seringkali iklannya akan berbunyi: mau hadiah .... ? (misal mau hp baru ?). kirim sms ke XXXX sebanyak banyak nya. dst. terus akan ada tulisan kecil: anda akan menerima sms berisi motivasi pribadi / lucu lucuan / apa lah segala macam junk, yang tidak terlalu di tonjolkan. Artinya, pasar sengaja di arahkan untuk mengharap hadiah nya, bukan menikmati layanan nya.
gw jadi ingat waktu masih dikampung dulu, ada orang yang 'mendeklarasikan' diri nya jualan permen 'endog cecak' :). Hayo ada yang tahu nggak ? itu lah, makanan gak jelas yang isi nya kacang di bungkus sedikit tepung crispy. entah tahun berapa itu ya (jadi merasa tua nih, udah lupa tahun masa kecil :P ), tapi dia menjual 2 (dua) biji permen seharga Rp. 50, lima puluh perak! dimana waktu itu, es pinggir jalan di kampung gw masih ada yang dijual segelas nya 100 perak. maklum, kota kecil. Artinya, itu harga yang sangat muahaaal untuk 'layanan' permen endog cecak itu.
laku gak dagangan orang ini ? laku keras! kenapa ? karena di balik bungkusan permen endog cecak itu, ada 'undian' berhadiah berupa duit, orang bisa dapet kalau gak salah inget sih, sampai 10 ribu perak. not bad lah, but ...
ya, si penjual sih gak mau ngakuin, tapi yakin lah gw, siapapun yang punya nalar dan nurani akan bilang itu judi. lho, apakah gak boleh berjudi ? itu diluar konteks tulisan ini, mau judi mau gak judi itu urusan nafsi nafsi :)
kembali ke layanan mobile, kalau mau jujur, mestinya sih ada pasar yang memang benar benar menikmati informasi nya, bukan hanya berjudi atas hadiah nya. Paling tidak , si penyedia layanan tidak menonjolkan hadiah nya, tetapi tetap layanan nya. Orang yang ikut SMS selebriti mungkin memang nge fans ama Nia Ramadhani, dan ingin tahun si idola lagi ngapain aja tiap hari, alih alih berharap dapat hadiah handphone. Mungkin ada lah harapan dapat hadiah, tapi kita tidak pernah tahu niat masing masing orang kan.
Yang gw lihat, layanan mobile yang 'bener', tapi tanpa hadiah koq kayak nya kurang greget, atau kurang iklan ? kemarin baru lihat waktu ngantri di travel di bandung, ternyata semacam layanan 108 nya telkom pun ada yang bikin 'sms service' nya. Ada juga gw lihat orang yang bikin sms service 'jadwal kereta'. semua sms ini tidak diiklankan mempunyai hadiah, gw gak punya data seberapa bagus pasar nya, tapi paling tidak, dari luar (orang awam) koq kayak nya kurang greget.
artinya, keberadaan hadiah, mungkin memang perlu. seberapa besar porsi permainan di hadiah di banding isi layanan, itu kalkulasi masing masing penyedia layanan.
melebar sedikit ttg layanan mobile (non voice, istilah nya value added service, karena core layanan mobile yang voice communication), sebenar nya gw sering melihat, fokus pandangan kita kalau ngomongin layanan masih ber sini situ ya di jalur sms. Padahal, teknologi sms ini sebenar nya agak agak 'kuno'. satu packet sms maximal 160 character. Untuk 160 character ini, sms premium (layanan mobile) rata rata bermain di angka Rp. 2000 rupiah, plus ppn.
sebenarnya ada layanan mobile lain yang, karena alasan historis mungkin, brand-nya mati. Yaitu, layanan data! Pasar selalu berpikir, koneksi internet (layanan data) via handphone itu mahal. coba kita bikin hitungan kasar dan bandingkan dengan harga sms layanan premium.
layanan premium yang berjalan per 30 hari, 1 sms tiap hari, akan membebani pengguna: 2000 x 30 = 60 ribu / per bulan. data yang di dapat = 160 x 30 = 4800 byte, dalam kilo byte = 4600 / 1024 (bukan 1000 ya, tanya orang yg belajar matematika diskrit :), artinya tidak lebih dari 5 KB (tepat nya: 4,6875 KB kata kalkulator gw).
gila mahal nya! operator selular manapun di indonesia gak ada yang nge bill layanan data nya 60 ribu perak untuk data 5 KB. Bandingkan dengan layanan
3G XL, paket yang paling murah (mega data), 250 MB data cuma mesti bayar Rp 99 ribu (plus ppn).
memakai aritmatika sederhana, 99 ribu perak dapet 250 MB, maka kira kira, 60 ribu perak akan dapet 60/99 x 250 = lebih kurang 150 MB. kalau bingung dengan hitungan ini, coba tanya adik kita yang masih belajar perbandingan di .. smp mungkin :P. sms premium 60 ribu dapet informasi 5 KB, layanan data 3G XL, 60 ribu dapat 150 MB informasi. meski hitungan ini kasar, dan tentu ada namanya overhead protocol dalam semua transpor data digital, kalau data 5 KB (protokol layanan sms) koq bisa memuat informasi lebih banyak dari data 150 MB, maka yang bikin protokol 150 MB tsb (protokol layanan data ) perlu di tes ulang IQ nya alias... oon!
okey, ini kan baru menghitung beban ongkos koneksi data nya saja, lha layanan data kan ada jg yang bayar. Misal, portal
detik.com meminta ongkos 5000 / bulan. jadi beban ongkos informasi nya adalah 99 ribu plus 5 ribu, = 104 ribu perak. kalau mau pusing, silakan dihitung lagi memakai perbandingan aritmatika diatas, kalau gak mau pusing yang gunakan common sense aja, tidak terlalu ngaruh.
artinya apa sih ini, harga per bit informasi layanan SMS premium itu berlipat lipat mahal nya daripada harga layanan data! Tetapi yang terlihat dipasar, asumsi orang layanan data via handphone itu mahal, sedangkan sms premium ... still, acceptable. so, sekarang issunya adalah.. branding pasar, mengubah persepsi pasar. Mengutip pesan pakar pemasaran pak Hermawan Kertajaya, "dalam dunia pemasaran, persepsi jauh lebih bepengaruh daripada realita". Realita nya, harga sms premium sangat mahal. persepsi pasar, sebalik nya.
Jadi, maksud blog ini adalah: ayo para penyedia layanan mobile, bermainlah di layanan data! Ah, itu sih gak usah di kasih tahu mas, semua operator jaringan juga udah main disitu. Nah ini yang menarik, gw punya beberapa saran bagaimana membuat penetrasi pasar layanan data biar boomming.
jadi masalah dengan layanan data di mobile adalah masalah 'persepsi' bahwa layanan data itu mahal, yang sudah kita hitung ternyata tidak, jauh lebih murah daripada sms premium. jadi issue utama nya adalah bagaimana menngubah persepsi pasar ini.
ada banyak cara mengubah persepsi pasar ini: banjiri pasar dengan iklan (silakan quote itungan itungan di blog ini untuk iklan ;), atau, ciptakan 'kondisi' yang mendorong pasar untuk menyentuh layanan data ini. mm.. agak gak jelas, maksud nya gini.
sebagian dari kita mungkin masih 'terpaksa' makan di tempat 'tak beradab', seperti KFC or Mc D. Lho koq gak beradab ? Oke lah, sebagian orang menanggap KFC pasti lebih mewah dari warteg, tapi buat yang biasa makan malam di sheraton dan shang ri la pasti melihat makan di KFC itu gak berkelas sama sekali. so, kemewahan itu kan relatif, tapi bukan itu topik nya.
kalau kita makan di KFC (terakhir gw makan sih udah lama, sekarang pindah ke .. warteg, bukan shangrilla! ), gak bakalan kita bisa mesen coca cola, yang ada Pepsi. sebalik nya, kalau di Mc D, gak akan ada Pepsi. So, customer itu sebenar nya tidak 100% bisa memilih. Betul bahwa customer itu raja, asal dipahami bahwa raja itu bukan dewa! Jadi, bisa di buat sistem, dimana sang raja tidak punya banyak pilihan.
Dalam konteks layanan data ini, operator harus membuat layanan yang
- diperlukan oleh pengguna, bukan bersifat 'entertaintment', tapi kebutuhan primer.
- kontrol seketat mungkin agar layanan itu cuma bisa diakses dengan layanan data kita (operator)
- tetap ingat bahwa layanan ini ditujukan untuk memaksa pasar membuktikan bahwa layanan data mobile itu kompetitif, bukan untuk memeras pasar. Jadi, tetap jaga harga layanan agar, paling tidak murah seperti sekarang.
- memang sangat mudah terpancing untuk 'memeras' pasar dalam kondisi seperti ini, tetapi ingat bahwa issue no 2 sangat sensitif di pasar, setelah issue finansial mencuat (itung itungan nya koq mahal), maka issue politis nya pasti akan ribet (semua orang teriak kenapa di 'monopoli'). Monopoli di ributin hanya jika harga nya lebih mahal dari kompetitor, jika lebih murah, monopoli atau tidak, pasar akan memilih yang lebih menguntungkan, begitu bukan ? Masalahnya cuma satu, pasar harus di yakinkan, di beri sekempatan membuktikan, bahwa layanan data mobile itu menguntungkan.
semua orang juga tahu ke 4 list itu pak, apa real nya ?
untuk membuat layanan yang 'dibutuhkan', bukan hanya yang 'dinginkan', kita harus masuk ke ceruk pasar yang relatif ter spesialisasi. bahwa layanan seperti sms chat and date itu punya ceruk yang jelas, ABG, itu iya. atau sms Al Quran seluler punya ceruk orang alim, itu pasti. gw coba sebut ini sebagai ceruk 'usia' (abg) dan ceruk 'emosional' (alim)
gw punya saran baru, coba masuk ke ceruk pasar 'fungsional', artinya, orang yang karena status pekerjaan nya ada di ceruk itu, kasus kali ini coba masuk ke ceruk pasar 'siswa sekolah'. apa itu ?
ini sedikit ber gosipsetahu gw, saat Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sedang memasang infrastruktur jaringan antar sekolah (sma dan smk ?) se Indonesia. Yang lagi di dikerjakan di daerah Malang, menyusul Jogja. Setelah itu mungkin baru Jakarta. Dengan prediksi anggaran pendidikan yang terus di push demonstrasi untuk sampai 20% sesuai dengan UUD, sepertinya Jardiknas ini akan segera ter realisasi, paling tidak untuk pasar kota kota besar di Jawa.
So far yang gw dengar, konsentrasi Jardiknas masih ada di layer network, belum konten. Nah untuk yang konten ini, gw denger juga (gosip) di wilayah DKI Jakarta, Subdis SMA DKI Jakarta sudah punya konten, aplikasi web untuk mengelola administrasi kegiatan akademis sekolah SMA se Jakarta.
Kebetulan gw kenal beberapa teman di Subdis SMA DKI Jakarta, yang gw denger, sekarang ini sistem ini baru bisa diakses dari sekolah dan dinas (guru, kepsek, pejabat dinas). Tetapi belum bisa diakses oleh siswa / wali siswa. Menurut temen temen gw di dinas, sebenar nya siswa sangat perlu mengangkses sistem ini, tetapi karena beberapa kondisi yang ada, jadi sistem untuk siswa nya belum siap.
Kenapa siswa butuh akses ke sistem ini ? Berdasarkan kurikulum sma yang baru, kegiatan belajar siswa itu sangat ketat terjadwal di kurikulum. Jadwal 'ulangan' dan apa materi 'ulangan' harus dijelaskan secara jelas dalam kurikulum tiap sekolah, dan seharusnya, informasi ini dapat dilihat siswa sebelum tahun ajaran mulai. Jadi tidak terjadi lagi siswa belajara separo buku untuk ulangan yang mengujikan 1 bab buku, karena di kurikulum sudah ditegaskan yang diujikan di ulangan adalah bab sekian dan sekian. Si anak juga harus menonitor perkembangan nilai nya selalu, karena nilai akhir siswa adalah summary perjalanan nilai nya sepanjanga tahun, tidak ada lagi anak naik/tidak naik hanya karena nilai ujian semesteran saja. (ups, jangan diskusi ttg UAN, no comment :)
Nah artinya point 1 terpenuhi, ada pasar yang 'perlu' informasi ini. Point 2, bagaimana mengunci informasi ini ke layanan data kita ?
lagi lagi ini gosip yang gw denger, dikmenti dki jakarta yang gw denger sangat terbuka membuka kesempatan kepada semua pihak termasuk swasta yang ingin membantu sistem mereka ini. Nah, mengingat akses layanan ke siswa ini belum ada, kenapa tidak dibuatkan saja ?
lho, kalau dibuatkan apa keuntungan nya buat kita (operator jaringan yang mau bikinin). Jadi pahlawan membantu pendidikan anak bangsa memang hebat, tapi kan bisnis tetap bisnis. Gw rasa bisa di usulkan, ya karena kita (operator mobile) yang membuatkan akses layanan ke siswa ini, kunci layanan ini untuk hanya lewat akses layanan data kita (internet via mobile).
Tetapi, selalu ingat point 3 dan 4. Jika siswa pengin tahu materi ulangan besok hari, koq lebih murah dia ke warnet daripada buka halaman wap (via gprs) dari rumah, maka siap siap saja pola kerja sama ini (antara layanan mobile) dan diknas akan segera jadi bulan bulanan pers dan akhir nya
DPRD, parahnya lagi KPK! it's risky business, but.. no risk no return, right ?
Ada hampir 500 ribuan siswa SMA di Jakarta. Me 'nyadar' kan 500 ribu customer pontensial bahwa akses internet (layana data) via mobile itu menguntungkan gw yakin bukan bisnis yang buruk. Kita bisa berharap, 10% saja dari mereka menjadi pelanggan layanan data sebenar nya, bukan cuma akses ke web pendidikan dinas pendidikan, artinya ada potensi pasar 50 ribu pelanggan layanan data, di jakarta saja.
gw belum tahu banyak apakah pasar ini tersedia di luar jakarta (komunitas pendidikan sma). Tetapi, pola yang diterapkan di Jakarta ini , pasti bisa diterapkan di kota lain. Tentu saja, harus sedikit bekerja lebih keras, dengan .. membawa dulu sistem web komunitas pendidikan nya, ke luar kota, lalu layanan data mobile nya mengikuti.
it's all. blog ini campuran dari perenungan dan per gosip an. so, take it easy.
so, buat yang senasib ama gw, tinggal di ujung dunia 3G, dimana signal 3G nya kembang kempis, better untuk matikan saja tuh 3G receiver nya pake GSM aja biar signal kembali bagus. toh di daerah kayak gitu, mau nginternet pake 3G juga drop mulu. tadi malem nyoba kirim email 3 kali gak konek konek, ya sutra lah.. akhir nya... buka wifone, konek, kirim.. lancar .. (tapi lambat). wifone kalau malem di depok lancar (maleeeemm... after jam 10 malem). coba akses wifone (buat internet) jam 9 pagi, dijamin ... bablas angine.. mental gak masuk .. or masuk putus nyambung kayak artis sinetron pacaran..
